Menurut kamus besar bahasa Indonesia (kbbi) menghargai artinya
meng.har.gai
Verba (kata kerja)
(1) memberi (menentukan, membubuhi) harga: dia terlalu tinggi
menghargai barang-barang dagangannya;
(2) menaksir harganya; menilaikan: ia menghargai barang itu terlalu
rendah karena tidak tahu kegunaannya;
(3) menghormati; mengindahkan: setiap orang harus menghargai dan
memuliakan orang tuanya;
(4) memandang penting (bermanfaat, berguna, dan sebagainya) : kami
dapat menghargai saran Saudara
Menurut Giamyati
Tedjaseputra, MRE, M. Th., mengatakan bahwa konsep menghargai ada dalam
Alkitab. Dalam Perjanjian Lama, manusia adalah makhluk ciptaan yang terutama.
Tuhan menciptakan manusia segambar dengan Allah. Sementara itu, makna
menghargai dalam Perjanjian Baru adalah memerhatikan orang lain, seperti
teladan Yesus. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan melayani. “Konsep
menghargai yang benar dinyatakan dalam sikap mengasihi orang lain seperti
mengasihi diri sendiri. Inti seluruh pengajaran Alkitab adalah mengasihi Tuhan
dan sesama manusia.”
Secara praktis,
manusia dibekali aturan mengenai cara berinteraksi dengan orang lain. Dalam
keluarga, hubungan suami dan istri digambarkan seperti hubungan jemaat dan
Allah. Istri harus menghormati, mengasihi, dan menghargai suaminya. Sedangkan
suami, selain memimpin keluarganya, harus pula mengasihi dan menghargai
suaminya sama seperti Kristus menyerahkan hidup-Nya untuk manusia. Hubungan anak-anak
dan orangtua pun perlu dilapisi dengan sikap saling menghargai. Dalam Kolose
3:21, orangtua ditegur untuk tidak menyakiti hati anak-anaknya. Ini adalah
salah satu cara untuk menghargai. Sebaliknya, anak-anak harus menaati orangtua
mereka.
Seperti saat
saya duduk dibangku SMA. Pada waktu itu saya tidak tinggal dengan orang tua dan
memilih untuk tinggal dengan kakek dan nenek saya. Pada saat itu saya memilih
untuk tetap pada keyakinan yang saya yakini dari saat saya lahir, meskipun
semua keluarga sudah berpindah keyakinan. Karena menurut saya keyakinan yang
sudah saya dapatkan sejak lahir itulah yang membuat saya nyaman. Pada awalnya
orang tua tidak menerima dan bingung, tetapi pada akhirnya orang tua pun
menghargai keputusan yang saya ambil untuk tetap berada pada keyakinan yang
saya yakini.
Jadi menurut
saya, menghargai orang lain itu bukan suatu kebutuhan, atau keterpaksaan.
Melainkan suatu keharusan yang tidak bisa ditoleransi lagi. Dimana ada suatu
keterkaitan tersendiri antara menghormati orang lain dengan kehidupan kita
sehari hari. Tidak harus dengan hal besar kita menghargai seseorang, dimulai
dari lingkup anak dan orang tua saja, kita tetap harus saling menghargai satu
sama lain.
Sumber : http://kamus.cektkp.com/menghargai/