Rabu, 19 September 2012

Tembok Besar China Terlihat dari Bulan, Mitos atau Fakta?

VIVAnews - Tayangan kartun "Ripley Believe It or Not!" pada tahun 1932 menyebut Tembok Besar China adalah sebuah karya agung manusia, satu-satunya yang akan terlihat dengan mata telanjang dari bulan. Sejak itulah, klaim mencuat, bahwa bangunan sepanjang 8.851 km itu -- yang terpanjang sepanjang sejarah manusia, bisa disaksikan dari luar angkasa.

Benarkah?

Coba pikirkan, apa yang bisa lihat dari bulan, yang melayang sejauh 230.000 mil atau 370.000 kilometer dari bumi?

Bahkan bumi sekalipun terlihat seperti bola biru dan putih dengan bercak kuning, coklat, atau hijau yang mengintip melalui awan yang berlimpah. Jika cuaca cerah, fitur bumi yang hanya dapat dilihat mata astronot dari bulan, hanyalah wilayah yang besar seperti Jazirah Arab.
Tembok Besar China baru bisa dilihat luar angkasa melalui teleskop atau kacamata dengan kemampuan 17.000 kali ketajaman visual normal. Sebab, bangunan itu hanya berukuran tinggi 20 kaki atau 6.09 meter dan lebar hanya 6 meter. Itupun bentuknya hanya menyerupai cacing tanah.

Jika Tembok Besar terlalu jauh untuk dilihat dari Bulan, bagaimana dengan titik lain di luar angkasa?

Batas ketinggian atmosfer yang memungkinkan untuk dilakukan pemotretan disebut "Karman line" atau 100 kilometer di atas permukaan air laut. Itu sudah maksimal. Garis itu menandai titik di mana udara sangat tipis, wilayah ini juga tidak memungkinkan bagi penerbangan aerodinamis, sekaligus merupakan orbit terendah yang diambil pesawat ruang angkasa dan satelit. Stasiun Luar Angkasa Internasional, berkisar lebih tinggi sekitar 250 mil atau 400 kilometer di atasnya.

Pertanyaannya, dapatkah seseorang melihat Tembok Besar dari jarak seperti itu?

Ini yang rumit, ada yang mengatakan, bisa, dengan syarat kondisi atmosfer dan pencahayaan sempurna. Namun, meskipun Tembok Besar China memiliki panjang lebih dari 8.000 km, ia tidak memutus pola lanskap.

Komponen bahan tembok tersebut, yang sebagian besar terdiri dari batu dan tanah liat, tidak menonjol dari warna-warna alami bumi.

Bahkan, astronot pertama China, Yang Liwei mengaku, ia tidak bisa melihat Tembok Besar selama misinya pada tahun 2003 lalu. Kabut polusi China yang tersebar luas mungkin tidak mengizinkannya melihat peninggalan berharga leluhurnya.

Namun, mungkin ada alasan lain kenapa Tembok Besar tidak kelihatan mencolok. Norberto López-Gil, profesor ilmu visi University of Murcia, Spanyol, melihat dinding tersebut dari luar angkasa secara fisik tidak mungkin bagi mata manusia.

Menurutnya, menatap Tembok Besar hanya dari jarak 100 mil atau 160 kilometer saja, hanya akan terlihat seperti kabel dengan lebar dua centimeter. Untuk mampu melihat tembok tersebut, sejauh itu, mata manusia membutuhkan ketajaman setidaknya tiga kali lipat dari ketajaman burung elang.

Bahkan dengan asumsi mata anda mampu melihat dengan ketajaman seperti itu, melihat Tembok Besar China, atau bangunan bikinan manusia apapun, dari luar angkasa adalah tak masuk akal.

Sebelumnya, NASA mengatakan astronot bisa melihat kota-kota, jalan raya, jembatan, bendungan dan bandara, serta lampu-lampu kota di malam hari. Itu memang benar, tapi semuanya dilihat dari orbit bumi.

Kesalahpahaman selama ini mungkin timbul dari foto beresolusi tinggi dengan obyek luar angkasa, yang dapat diperbesar, dipotong dan diolah sehingga fitur buatan manusia cukup jelas nampak.
Secara khusus, sebuah satelit dengan radar pencitraan dan resolusi tinggi dapat dengan mudah membidik Tembok Besar China. Tapi untuk semua mata manusia, itu mustahil. (Sumber: Life's Little Mysteries | umi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar